Translate

Jumat, 17 Oktober 2014

Melihat Dari Gambar Mata



Melihat Dari gambar Mata

Malam itu begitu tenang,semilir angin dingin musim hujan mengalir pelan menemani seorang anak laki-laki yang sedang duduk tenang di balkon rumah sederhana berlantai dua.
Anak laki-laki tinggi itu nampak begitu serius namun tenang,memksa kuasnya untuk menari-nari bebas,cipratan demi cipratan,goresan demi goresan dan beberapa spot-spot kebebasan mulai kini tergambar di Kanvas yang sedang menatapnya.
            Beberapa menit berlalu,tarian dan goresan-goresan bebas yang ia muntahkan ke kanvas itu kini berhenti.
            Senyum lebar bercampur kebangaan puas penuh gairah itu kini nampak diwajahnya.
Diangkatnya lukisan abstrak ekspreksif  dan dibawanya pelan masuk ke sebuah ruangan berukuran  4X5 m itu,Lalu digantungnya lukisan itu didinding bersebelahan dengan lukisan yang ukuranya nampak lebih besar.
Lukisan yang besar yang hanya terdiri 2 warna untuk mengisi keluasan ruang yang kanvas itu berikan,hanya 2 hanya hitam dan putih.
Tapi entah mangapa lukisan hitam putih itu nampak lebih menarik dibanding belasan lukisan yang terglantung menempel ditembok ruangan itu.
Dipandangnya lukisan hitam putih itu dengan tenang namun tampak dalam,kini suasana kebangaan itu mulai luntur seakan ada angin ingatan yang datang pelan menyapu rasa banga dan bahagia yang sedari tadi menyelimuti suasana ruangan itu.
            “Huuufh”ditariknya nafas panjang yang berat lalu disentuhnya lukisan hotam putih bertekstur itu,kini pandanganya beralih ke lukisan hitam putih itu meningalakan lukisan penuh warna yang beberapa menit lalu membangakan baginya.
Kini senyum tipis misterius mulai tergambar diwajahnya dan matanya yang sedari tadi menatapnya seperti membawanya pergi jauh menaiki mesin waktu dan memutarkan masa lalu,tanganya yang semakin penuh rasa merabah tekstur lukisan itu pelan semakin membawa pikiranya pergi pelan.
            Terasa Angin hangat sejuk awal musim panas seakan meniupnya,membawanya kembali kemasa lalu disaat dirinya masih menjadi laki-laki yang penuh keangkuhan,keraguan dan seorang pembangkang muda yang suram tak jelas mimpi dan kelak akan menjaadi apa sebuah situasi yang mungkin di alami setiap orang menuju proses pendewasaan diri.

            Jogjakarta 25 Juli 2010
Tahun itu tahun dimana ada banyak hal yang dibicarakan dan didengarkan,berawal dari tanggal itu tanggal 25 dan dibulan itu bulan Juli lalu ditahun itu tahun 2010,4 tahun yang lalu.
Saat itu adalah hari ketigaku di Jogjakarta kota baru yang asing bagiku,dulu aku tinggal di kota penuh keramaian dan penat akan rutinitas monoton yang terlihat dan terasa membosankan.
Sore itu aku putuskan untuk menghabiskan beberapa waktu soreku untuk sejenak bersepeda menyusuri jalanan di malioboro hingga kakiku memutuskan untuk ku sekedar duduk dan mengamati sembari mengoreskan pensilku diatas tebalnya Buku Sketku yang mulai habis termakan karya.
            Suasana yang begitu ramai namun tenang dan nyaman,sebuah suasana yang sulit untuk digambarkan olehku,orang baru yang baru menjejaki kota antik ini.          

***
            Sebuah buku tebal sudah terbuka didepanya,tertulis huruf brael yang kini sudah mulai dengan tangan itu ia jejaki.
Semakin jauh ia meraba huruh yang kasap mata bagi kita itu semakin nampak senyum  tipis di wajahnya.
Namanya Vena begitu yang tertulis di pembatas buku yang tergeletak tepat dikananya disebelah tongkat jalan yang nampak tak kena lelah menapaki jalanan.
            “Vena..Vena..?!! “ Terdengar suara teriakan yang cukup keras namun terdengar lembut.
            “Ada apa kak,,..?” tanya Vena sambil memalingkan wajahnya meuju sumber suara.
            “Ven “sapanya sambil menepuk bahu Vena dengan hangat, terlihat hubungan yang sangat harmonis dari 2 orang tersebut.
“Ini suadah pukul setengah lima katanya kamu mau jalan-jalan ke Depan Monumen.?”ingat perempuan itu.
“oh Tentu..”balas Vena kaget sembari mulai bergegas berdiri dengan tongkat berjalanya yang sudah berada ditanganya.
           “semuanya sudah siap..?”Tanya Vena samba bingung mencari sesuatu
           “Sudah semuanya sudah ku masukan ke dalam mobil”kata perempuan itu sambil berjalan tepat dibelakang Vena yang dengan semangatnya berjalan keluar dari kamar sederhana dengan beberapa lukisan yang cukup membingungkan tapi memiliki feell yang sangat tinggi,memiliki emosi yang sangat luas.
            Kini 2 perempuan itu sudah duduk tenang didalam mobil yang mulai melaju pergi meningalkan rumah mewah untuk golongan orang berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar